turun tanah gilang






 turun tanah ponakanku. gilang herdiansyah namanya. dia mengambil Al-Quran, bolpoin dan uang, adat jawa ini di lakukan setelah 7 bulan.


















0 komentar:

Posting Komentar

tedak siti atau turun tanah

Bagi orang tua, kelahiran seorang anak, baik pria maupun wanita adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Semenjak didalam kandungan hingga kelahirannya, setiap orang tua selalu berharap agar kelak anak tersebut menjadi manusia yang berguna bagi Nusa Bangsa dan Agamanya.

Pengharapan orang tua kepada anaknya tersebut diwujudkan dalam bentuk upacara adat (adat Jawa) yang dimulai sejak bayi masih dalam kandungan Ibunya, hingga anak tersebut lahir. Salah satu bentuk perwujudannya adalah dengan Upacara Tedak Siti - Turun Tanah ketika anak sudah berusia 7 bulan.


Upacara Tedak Siti itu sendiri memberi arti bahwa agar kelak anak tersebut setelah dewasa nanti kuat dan mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tentangan, untuk mencapai cita citany




 prosesi menginjak tanah
Bayi dipanjatkan pada tangga yang terbuat dari tebu, melambangkan mangalahkan nafsu duniawi sehingga mencapai puncak kehidupan yang didasari Anteping Kelabu - hati yang mantap.

0 komentar:

Posting Komentar

sunnat (khitan)


ih... maaf bukan porno tapi mendidik ini yang di namakan sunnat atau khitan yang seperti di perintahkan rosulullah di dalam islam

Khitan adalah memotong kulit yang menutupi kepala penis (bagi laki-laki), dan memotong daging lebih clitoris (bagi perempuan).


Khitan dalam agama Islam berlaku untuk lelaki dan perempuan. Para ulama berbeda pendapat dalam khitan. Menurut mazhab Hanafi, Maliki, salah satu pendapat Imam Syfi'i dan salah satu riwayat Hanbali mengatakan bahwa khitan hukumnya sunnah bagi lelaki dan keutamaan bagi perempuan. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: "Khitan itu sunnah bagi lelaki dan keutamaan bagi wanita" (HR. Baihaqi). Hadis tersebut oleh Baihaqi sendiri diragukan kesahihannya. Kemudaian diperkuat dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Harairah, Rasulullah bersabda: "Ada lima perkara yang termasuk fithrah (di sini diartikan keutamaan dalam agama), yaitu: Khitan, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong/merapikan kuku dan merapikan jenggot/kumis" (HR. Bukhari). Hadis tersebut menyebutkan khitan dalam rentetan perkara yang dianjurkan oleh agama, sehingga mengindikasikan persamaan hukum dari perkara-perkara tersebut, yaitu sunnah.

Pendapat kedua, mazhab Syafi'i dan Hanbali dan Sahnun (dari ulama Malikiyah) mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib bagi lelaki dan perempuan. Pendapat ini dilandaskan kepada Ayat yang memerintahkan Nabi Muhammad agar megikuti ajaran Nabi Ibrahim; "Kemudian Aku (Allah) wahyukan kepadamu (Muhammad) agar mengikuti ajaran Ibrahim yang dimuliakan" (QS : An-Nahl : 123), dan termasuk ajaran Nabi Ibrahim adalah berkhitan, sebagaimana dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Nabi Ibrahim melaksanakan khitan ketika berumur 80 tahun dengan menggunakan kapak" (HR. Bukhari). Dalam riwayat Abu Dawud juga terdapat perintah untuk berkhitan. Kemudian ada hadis lain yang menyebutkan: "Apabila dua jenis khitan bertemu, maka telah mewajibkan mandi" (HR. Muslim). Ini menujukkan bahwa khitan terjadi pada lelaki dan perempuan.

Pendapat ketiga, diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni, menyatakan bahwa Khitan hukumnya Wajib bagi lelaki dan sunnah bagi perempuan.

Waktu Khitan bagi mazhab Syafi'i dan Hanbali adalah ketika baligh, karena kegunaan Khitan adalah menyepurnakan thaharah (bersuci) dalam beribadah. Namun disunatkan ketika bayi berumur 7 hari, karena Rasulullah telah melaksanakan 'aqiqah dan khitan untuk kedua cucunya Hasan dan Husain di hari ke tujuh.(HR. Baihaqi). Pendapat lain menyatakan bahwa yang utama khitan dilakukan ketika berumur 7 - 10 tahun karena pada saat itu seorang anak mulai diperintahkan menjalankan solat.

Agama-agama samawi selain Islam, Nasrani dan Yahudi sebenarnya juga megajarkan pemeluknya untuk melaksanakan Khitan ini

0 komentar:

Posting Komentar